MENARAJATIM.ID, Sidoarjo – MRA (8) Siswa disalah satu SD Negeri di kawasan Kecamatan Tanggulangin meninggal dunia pasca vaksinasi mandiri di Puskesmas Kecamatan Tanggulangin.
Putra dari pasangan Wanto dan Miasih warga Kecamatan Tulangan itu dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RSUD Sidoarjo pada hari Senin, (7/2/222) pagi sekitar pukul. 03.47 WIB.
Sebelum meninggal, MRA dibawa kedua orangtuanya ke RSUD Sidoarjo karena kondisinya mengkhawatirkan, kondisi tubuhnya mengalami demam tinggi.
Menurut penuturan Wanto, pada Minggu Malam, (6/2) pukul 23.45 WIB anaknya dibawa ke rumah sakit dan langsung menjalani perawatan di IGD RSUD Sidoarjo.
Kepada sidoarjoraya.com Wanto menceritakan, anaknya, MRA harusnya mengikuti vaksinasi di sekolahnya, namun karena saat itu putranya sedang sakit akhirnya izin tidak masuk sekolah, MRA pun tidak bisa ikut vaksinasi.
“Mungkin karena kecapekan itu anak saya tidak masuk sekolah. Saat masuk sekolah, pihak sekolah meminta anak saya untuk vaksin di puskesmas karena vaksinasi di sekolah sudah selesai dilaksanakan,” tutur Wanto yang nampak berusaha menahan rasa sedih karena ditinggal anaknya MRA pergi selama-lamanya.
Gejala yang dialami MRA setelah divaksin itu baru muncul seingat Wanto setelah 3 – 4 hari.
“Setelah vaksin 3 atau 4 hari ada gejala demam tinggi,” kata Wanto.
Ia menambahkan, anaknya menjalani vaksinasi pada Selasa (1/2/22) di Puskesmas Tanggulangin.
Menurut keterangan dari Wanto, pihak sekolah tempat MRA tidak mengizinkan anaknya masuk sekolah bila belum divaksin. Itu sebabnya Wanto dan istrinya merasa tidak tega bila melihat anaknya tidak diperbolehkan masuk sekolah.
“Dari pihak sekolah tidak memperkenankan masuk sekolah kalau belum vaksin. Saya dan isteri, bagaimanapun juga tidak tega kalau anak saya tidak bisa masuk sekolah,” tutur Wanto dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian itu.
Pasca kejadian itu, ayahnya MRA, Wanto menyesalkan dengan mekanisme pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadapnya anaknya.
Wanto menilai sekrening kesehatan yang menjadi syarat mengikuti vaksinasi dinilai kurang. Karena yang diperiksa hanya tekanan darah dan menanyakan penyakit yang diderita.
Seharusnya, menurut Wanto, anaknya yang akan divaksin itu diperiksa lebih detail sebelum dilakukan vaksinasi. “Tinggal yang divaksin ya di seleksi atau bagaimana. Saat itu anak saya cuma diperiksa tekanan darah dan ditanyai sakit atau tidak, gitu aja,” ungkapnya.