banner 728x250

Kronologi Meninggalnya Anak SD di Sidoarjo Usai Divaksin

Wanto dan istrinya Maisah saat menceritakan kronologi meninggalnya MRA usai menjalani vaksinasi mandiri di Puskesmas Tanggulangin. Senin, (7/2).

MENARAJATIM.ID, Sidoarjo – MRA (8) Siswa disalah satu SD Negeri di kawasan Kecamatan Tanggulangin meninggal dunia pasca vaksinasi mandiri di Puskesmas Kecamatan Tanggulangin.

Putra dari pasangan Wanto dan Miasih warga Kecamatan Tulangan itu dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RSUD Sidoarjo pada hari Senin, (7/2/222) pagi sekitar pukul. 03.47 WIB.

Sebelum meninggal, MRA dibawa kedua orangtuanya ke RSUD Sidoarjo karena kondisinya mengkhawatirkan, kondisi tubuhnya mengalami demam tinggi.

Menurut penuturan Wanto, pada Minggu Malam, (6/2) pukul 23.45 WIB anaknya dibawa ke rumah sakit dan langsung menjalani perawatan di IGD RSUD Sidoarjo.

Baca Juga:  Kompetisi Selancar Kelas Dunia World Surfing League (WSL) Championship Tour Digelar di Banyuwangi Pada 26 Mei-4 Juni 2022

Kepada sidoarjoraya.com Wanto menceritakan, anaknya, MRA harusnya mengikuti vaksinasi di sekolahnya, namun karena saat itu putranya sedang sakit akhirnya izin tidak masuk sekolah, MRA pun tidak bisa ikut vaksinasi.

“Mungkin karena kecapekan itu anak saya tidak masuk sekolah. Saat masuk sekolah, pihak sekolah meminta anak saya untuk vaksin di puskesmas karena vaksinasi di sekolah sudah selesai dilaksanakan,” tutur Wanto yang nampak berusaha menahan rasa sedih karena ditinggal anaknya MRA pergi selama-lamanya.

Gejala yang dialami MRA setelah divaksin itu baru muncul seingat Wanto setelah 3 – 4 hari.

Baca Juga:  Launching Gakkumdu, Bupati Sidoarjo Minta ASN Jaga Netralitas Pemilu 2024

“Setelah vaksin 3 atau 4 hari ada gejala demam tinggi,” kata Wanto.

Ia menambahkan, anaknya menjalani vaksinasi pada Selasa (1/2/22) di Puskesmas Tanggulangin.

Menurut keterangan dari Wanto, pihak sekolah tempat MRA tidak mengizinkan anaknya masuk sekolah bila belum divaksin. Itu sebabnya Wanto dan istrinya merasa tidak tega bila melihat anaknya tidak diperbolehkan masuk sekolah.

“Dari pihak sekolah tidak memperkenankan masuk sekolah kalau belum vaksin. Saya dan isteri, bagaimanapun juga tidak tega kalau anak saya tidak bisa masuk sekolah,” tutur Wanto dengan mata berkaca-kaca mengingat kejadian itu.

Baca Juga:  Sidoarjo Gerak Cepat, Plt. Bupati Serahkan 58 SK Penambahan Masa Jabatan Kades

Pasca kejadian itu, ayahnya MRA, Wanto menyesalkan dengan mekanisme pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadapnya anaknya.

Wanto menilai sekrening kesehatan yang menjadi syarat mengikuti vaksinasi dinilai kurang. Karena yang diperiksa hanya tekanan darah dan menanyakan penyakit yang diderita.

Seharusnya, menurut Wanto, anaknya yang akan divaksin itu diperiksa lebih detail sebelum dilakukan vaksinasi. “Tinggal yang divaksin ya di seleksi atau bagaimana. Saat itu anak saya cuma diperiksa tekanan darah dan ditanyai sakit atau tidak, gitu aja,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *