banner 728x250

Siswa SMAMDA Sidoarjo Berhasil Membuat Hand Sanitizer Dari Bahan Limbah

Salah satu tim KIR pamerkan hasil inovasinya Hand sanitizer dari bahan limbah buah-buahan. Senin, (21/2).

MENARAJATIM.ID, Sidoarjo – Lima siswa SMAMDA Sidoarjo berhasil membuat hand sanitizer dengan cara memanfaatkan bahan dari limbah seperti ampas tebu, kulit durian, kulit nanas dan kemiri yang sudah tidak terpakai.

Kelima siswa yang tergabung dalam Tim Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Muhammadiyah 2 itu yakni Jihan Faradina, Kanayya Huwaidah Fayyadiyah, Raysha Nazwa Putri Sugiarto, Septamara Aurora Putri Perta dan Vina Rachma Yunita, kesemuanya kini kelas Xll MIPA 7.

Hasil karya KIR juga meraih beberapa medali emas dan perak dalam berbagai kompetisi karya ilmiah berkelas nasional, asian dan internasional.

Sejumlah kompetisi yang diikuti para pelajar Smamda itu, diantaranya Enviroment and Engineering Competition (WSEEC) 2021 yang diselenggarakan mulai Maret – Juni 2021 dengan memproduksi Hand Sanitizier berhasil menggondol medali emas dan piala utama.

Baca Juga:  Gus Muhdlor Sebut Sidoarjo Kota Toleransi, Apapun Agamanya Bisa Berdampingan Rukun

“Tim KIR Smamda 2 mendapatkan dua penghargaan medali emas sekaligus. Yakni dari World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC) 2021 dan penghargaan khusus dari Malaysia Innovation Invention and Creatifity Association (MIICA),” ujar salah satu pembina KIR Smamda Sidoarjo, Ernawati Kristiningrum Senin (21/2/2022).

Ernawati mengatakan siswa dan siswinya berhasil mengolah limbah ampas tebu, kemiri afkir dan kulit durian menjadi cairan hand sanitizer, dan presentasinya secara online.

“Prosesnya setiap peserta mengunggah artikel pada tanggal 7 Juni 2021 dan presentasi 18 Juni 2021 melalui zoom. Peserta kelompok umum mulai SMA hingga perguruan tinggi. Smamda mendapat juri dari Malaysia (MIICA). Padahal, pesertanya dari 21 negara di Eropa dan Asia. Jadi gold medal itu penghargaan dari WSEEC sebagai penelitian terbaik tingkat sekolah. Sedang predikat special award dari juri Malaysia (MIICA),” jelas guru kimia tersebut.

Baca Juga:  Tiba di Bali, Presiden akan Tinjau Kesiapan KTT G20

Ernawati menjelaskan, para siswa ini menemukan limbah ampas tebu yang banyak di Pabrik Gula Candi. Ampas tebu merupakan sumber alkohol karena memiliki kandungan selulosa 52,42 persen. Bahan itu, difermentasi menjadi etanol atau alkohol. Sedangkan, sumber gliserin dipilih dari kemiri (aleurites moluccanus) yang afkir dari pasar.

Biji kemiri sambungnya, memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi yaitu sekitar 57 hingga 69 persen sebagai bahan utama pembuatan gliserin. Kemiri banyak dijumpai di pasar tradisional. Pemilihan kemiri afkir yang remuk bisa membantu pedagang barang itu masih punya harga.

Untuk bahan antiseptik tetap memakai bahan kimia triklosan sebagai bahan aktif. Karena triklosan memiliki sebagian besar sifat antibakteri. Tetapi juga bersifat antijamur dan antivirus. Campuran bahan ini agar hand sanitizer benar-benar efektif membunuh kuman dan bakteri.

Baca Juga:  Khodijah, Nenek Umur 101 Tahun Masih Semangat Istiqomah Jualan Ikan Bandeng

“Sedangkan aroma pewangi dipilih kulit durian yang memiliki kandungan senyawa tanin, alkaloid, triterpenoid dan flavonoid sebagai bahan anti bakteri. Aroma durian juga kuat. Kulit durian ini diekstrak untuk menghasil – kan bibit pewangi. Penelitian ini termasuk baru dan sesuai kondisi dunia butuh hand sanitizer selama pandemi,” papar Ernawati.

Sementara selama ini, sejumlah produk itu sudah diproduksi. Akan tetapi, jumlahnya masih terbatas. “Paten atau tidak bergantung sekolah. Yang jelas sudah diproduksi dan dibuat souvenir dalam sejumlah pameran sekolah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *