“Cerita yang saya dapat dari Mbah, kalau tidak salah waktunya sore hari, di luar ada suara bunyi “Nung-Nung”. Bunyi itu berasal dari kenongan yang dibunyikan seseorang yang berada dalam satu rombongan, mereka jalan di depan rumah ini. Oleh mbah kemudian dilihatnya rombongan itu menuju ke makam Kwadengan. Yang ikut dalam rombongan ke pemakaman itu lebih banyak orang luar, bukan orang kampung Kwadengan,” tutur Didik.
Bahkan masyarakat Kwadengan, lanjut Didik, “tidak ada yang berani keluar. Karena, mereka diberitahu kalau yang dimakamkan di makam Kwadengan adalah jenazah Sarip Tambakoso. Nama Sarip memang sudah tidak asing bagi warga Lemah Putro,”.
Sementara itu, Wildan yang juga menjabat Plt. Kepala Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Sidoarjo itu mengaku, untuk menelusuri jejak makam Sarip tidaklah mudah. Bahkan, masyarakat Desa Tambaksumur dan Tambakrejo tidak ada yang mengetahui sama sekali jejak makam tokoh yang mirip Brandaloka Jaya itu. Warga dikedua desa hanya saja meyakini kalau keluarga dan keturunan Sarip masih ada.