“Untuk mengetahui apakah di bawah batu nisan itu ada jasad Sarip, kemudian kita telusuri dengan menemui tokoh sepuh di Kwadengan. Tujuannya memastikan apakah makam Sarip yang ada batu nisan tadi,” terang Wildan yang juga memiliki hobi koleksi pusaka tua warisan nusantara.
Dari penelusuran itu kemudian mereka bertemu dengan Purwandi dan Didik, keduanya warga asli Kwadengan yang usianya terbilang sepuh. Dari hasil wawancara dengan kedua tokoh sepuh itu, akhirnya terkuak bahwa di bawah batu nisan bertuliskan makam Sarip itu bukanlah jasad Sarip melainkan kendi yang berisi tanah yang diambil dari Desa Tambakoso.
Fakta itu diperoleh dari Didik. Didik menceritakan kalau dirinya yang mengambil tanah dengan temannya sesasama pegiat budaya dan sejarah yang kini tinggal di Pemandian Jolotundo, Trawas Mojokerto. Hal itu dilakukan untuk mengenang perjuangan Sarip yang dinilai memberikan semangat perjuangan bagi pribumi.